Jembatan Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, yang menghubungkan pulau Jawa (di Surabaya) dan pulau Madura (di Bangkalan) dengan panjang mencapai 5.438 m. Jembatan Suramadu diresmikan awal pembangunannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juni 2009. Dana yang dibutuhkan untuk membangun jembatan suramadu sebesar 4,5 trilyun yang dibiayai dari APBN dan pinjaman luar negeri. Pembangunan jembatan suramadu ditujukan untuk mempercepat pembangunan di pulau Madura, yang meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura, yang relatif tertinggal dibandingkan kawasan lain di Jawa Timur.
Setelah beroperasi lebih dari 1 tahun jembatan suramadu memberikan dampak langsung bagi perkonomian di Bangkalan. Hal yang paling kasat mata adalah banyaknya masyarakat yang melintasi jembatan suramadu yang selanjutnya melakukan beraneka ragam aktivitas ekonomi di Bangkalan. Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pengembangan Wilayah Suramadu disebutkan bahwa selama 1 tahun beroperasi ada 3,6 juta kendaraan roda 4 dan 7,4 juta kendaraan roda 2 yang melintas di atas jembatan suramadu. Jumlah tersebut terdiri atas pelintas yang memang secara rutin melintasi jembatan suramadu dan juga para wisatawan yang hanya sekedar ingin tau jembatan suramadu sekaligus keadaan madura.
Dampak langsung dari besarnya jumlah pelintas jembatan suramadu adalah besarnya jumlah penerimaan negara dari tiket masuk tol suramadu. Dengan harga tiket 30 ribu untuk roda 4 dan 3 ribu untuk roda 2 maka dalam 1 tahun jumlah pemasukan dari tiket sebesar 130,2 milyar. Dengan asumsi jumlah kendaraan yang melintas tetap, harga tiket tetap serta tidak ada biaya operasional dan perawatan maka investasi 4,5 trilyun akan kembali setelah 34 tahun lagi. Padahal konstruksi jembatan suramadu dirancang untuk bertahan selama 100 tahun sehingga ada waktu 65 tahun untuk meraih keuntungan dari investasi tersebut.
Dampak lainnya adalah menggairahnya aktivitas ekonomi di Bangkalan atas besarnya jumlah uang yang dibelanjakan oleh wisatawan yang hanya sekedar ingin tau jembatan suramadu. Jika diasumsikan bahwa hanya 10 persen pelintas jembatan suramadu yang berwisata dan masing-masing orang membelanjakan uang sebesar 50 ribu maka setidaknya ada 73 milyar uang yang dibelanjakan di Bangkalan dalam satu tahun. Jumlah tersebut cukup besar jika dibandingkan dengan Pendapatan Asli Daerah Bangkalan yang hanya sebesar 32 milyar setahun. Kemana saja uang tersebut dibelanjakan? Berapa uang yang beredar jika belanja yang dikeluarkan lebih dari 50 ribu? Berikut ini adalah kutipan dari para pelalu ekonomi yang ada di Bangkalan atas meningkatnya omzet penjualan sejak jembatan suramadu dioperasikan.
Pertama adalah para pedagang dan pengrajin batik. Bangkalan adalah salah satu sentra batik Madura yang terkenal dengan nama batik tanjungbumi. Sejak jembatan suramadu beroperasi, keadaan pedagang dan pengrajin batik tanjungbumi berubah dengan drastis. Supik, pemilik galeri Tresna Art di Bangkalan, mengatakan bahwa omzet penjualan batik yang ada di toko miliknya meningkat hingga 3 kali dibandingkan sebelum jembatan suramadu beroperasi. Ia bahkan mampu menjual 500 potong pada akhir pekan dengan keuntungan hingga 3 juta. Keuntungan serupa juga diperoleh para pemilik galeri batik di Bangkalan sehingga saat ini makin banyak dijumpai galeri batik di kota Bangkalan. Besarnya permintaan batik di pedagang batik berimbas pada pengrajin. Menurut data dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bangkalan, jumlah pengrajin batik tanjungbumi mencapai 1000 orang. Saat ini, para pengrajin tidak mampu untuk memenuhi permintaan batik sehingga untuk mengatasinya pengrajin mulai melakukan inovasi dengan memunculkan batik cap dan batik printing. Sebagai perbandingan, 1 batik tulis membutuhkan waktu 15 hari untuk memproduksinya sedangkan batik cap dalam satu hari dapat diproduksi 50 batik dan batik printing dalam satu hari dapat diproduksi hingga 500 batik.
Kedua adalah pelaku ekonomi di bidang kerajinan tangan, makanan dan jamu tradisional madura. Para wisatawan yang melintasi jembatan suramadu tentunya menginginkan adanya cindera mata yang khas dari madura sebagai tanda bahwa pernah berkunjung ke jembatan suramadu. Cindera mata yang paling banyak di cari adalah souvenir celurit, pecut, patung kerapan sapi, baju berlatar suramadu dan odheng sedangkan makanan khas madura yang paling dicari adalah oto’, krepek tenggeng, nang-ginang serta jamu tradisional madura. Keberadaan souvenir, makanan dan jamu tradisional madura paling mudah ditemui di PKL yang ada disisi jalan akses jembatan suramadu. Menurut Camat Labang jumlah PKL yang ada disisi jalan akses jembatan suramadu berjumlah 820 orang yang membentang sejauh 1 km disisi kanan dan kiri yang sebagian besar adalah pedagang yang awalnya berjualan di pelabuhan kamal. Para PKL tersebut juga menikmati keuntungan dari beroperasinya jembatan suramadu. Selain itu, para pemilik toko souvenir khas madura mengaku bahwa omzet penjualannya meningkat sejak beroperasinya jembatan suramadu. Embun, pemilik toko Nusa Indah di Bangkalan, mengaku bahwa sebelum jembatan suramadu, toko Nusa Indah tidak ada yang menoleh namun setelah ada jembatan suramadu, banyak warga luar daerah berdatangan bertanya sesuatu yang khas Madura seperti souvenir clurit, pecut, otto’, krepek dan jamu madura.
Ketiga adalah pemilik warung makan. Warung makan di Bangkalan memang mendapat berkah dari beroperasinya jembatan suramadu. Para wisatawan yang melintasi jembatan suramadu paling tidak membutuhkan makan mengisi perut setelah melakukan perjalanan yang melelahkan. Warung makan nasi bebek Sinjay adalah salah satu warung yang paling sukses setelah jembatan suramadu beroperasi. Warung yang terletak di jalan raya ketengan Bangkalan ini, paling tidak membutuhkan bebek 500 ekor tiap hari dan pada akhir pekan warung tersebut akan tutup lebih cepat dari biasanya. Hal serupa juga dialami oleh warung nasi bebek Kenanga yang hingga membuka cabang untuk memenuhi kebutuhan konsumennya. Bahkan Lela, pemilik warung Ole-Olang Bangkalan, mengaku bahwa bulan-bulan awal beroperasinya jembatan suramadu omzetnya mencapai 25 juta perhari dan kini omzetnya bertahan pada kisaran 5 – 10 juta perhari. Saat ini, dapat dengan mudah ditemui warung makan yang ada di Kota Bangkalan sebagai dampak dari beroperasinya jembatan suramadu seperti warung Suramadu, warung Tera’ Bulan, warung Potre Koneng dll.
Kelima adalah wisata religi Pasarean KH Moch. Kholil. Takmir pasarean KH Moch. Kholil menyebutkan bahwa sejak jembatan suramadu beroperasi maka paling tidak ada 100 – 200 rombongan yang masing-masing rombongannya terdiri dari 30-50 peziarah yang datang tiap minggunya. Banyaknya peziarah yang berkunjung ke pasarean KH Moch. Kholil disebabkan karena akses yang mudah dan murah saat menuju Bangkalan selain juga disebabkan untuk merasakan melintas di atas jembatan suramadu seperti yang diakui oleh Abdurrahman salah seorang peziarah. Dampaknya adalah aktivitas ekonomi di sekitar pasarean KH Moch. Kholil yang semakin meningkat.
Apakah bergairahnya aktivitas ekonomi di Kabupaten Bangkalan sejak beroperasinya jembatan suramadu seperti yang telah disebutkan dianggap cukup memberi jawaban atas manfaat jembatan suramadu? Jawabannya tidak karena bergairahnya aktivitas ekonomi tersebut adalah sebagian kecil dari manfaat yang hendak dicapai dari jembatan suramadu. Mudahnya akses menuju Surabaya dari Bangkalan, tersedianya lahan pengembangan industri yang cukup, harga tanah yang terjangkau serta adanya efek lumpur lapindo menyebabkan Bangkalan menjadi daerah tujuan investasi baru. Sedikitnya ada 300 ha lahan di sekitar jembatan suramadu yang disediakan oleh pemerintah pusat bagi investor. Jumlah tersebut belum termasuk yang disiapkan oleh pemerintah daerah.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf, mengatakan bahwa ada 2 trilyun modal yang masuk madura setelah beroperasinya jembatan suramadu. Saifullah Yusuf menambahkan pula bahwa jumlah tersebut akan semakin besar apalagi didukung dengan bertambahnya infrastruktur lain seperti perbaikan dan pelebaran jalan raya, penambahan instalasi jaringan listrik dan telekomunikasi serta peningkatan kapasitas air bersih. Bupati Bangkalan, RKH Fuad Amin, juga menyatakan bahwa saat ini sedang dilakukan pengurukan pantai di Desa Pernajuh, Kecamatan Socah, guna proyek kompleks terminal peti kemas seluas 200 ha. Pengurukan ini untuk membangun dermaga yang akan menjorok ke laut sepanjang 300 meter. Selain di Socah, akan dibangun lagi yang lebih besar di Tanjung Bulu Pandan, Kecamatan Klampis yang luasnya 600 ha.
Dari apa yang telah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya investasi di bidang infrastrutur menyebabkan terjadi efek berganda bagi perekonomian di daerah. Sektor mikroekonomi di Kabupaten Bangkalan bergairah dan mengangkat perekonomian. Namun masih banyak yang harus dilakukan oleh pemerintah agar manfaat jembatan suramadu tidak hanya sekedar memperlancar akses menuju Surabaya. Diharapkan Bangkalan dapat sejajar dengan Surabaya yang selama ini sudah jauh lebih maju sehingga kehidupan masyarakatnya lebih baik tanpa meninggalkan kekhasannya sebagai masyarakat madura yang dikenal dengan kereligiusannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar